No edit summary |
|||
Line 173: | Line 173: | ||
# [[File:Islamic Marxism.png]] [https://www.marxists.org/history/indonesia/1925-MisbachIslamism.html Islamism and Communism] by Haji Misbach | # [[File:Islamic Marxism.png]] [https://www.marxists.org/history/indonesia/1925-MisbachIslamism.html Islamism and Communism] by Haji Misbach | ||
# [[File:Natcom.png]] [https://www.marxists.org/archive/malaka/1948-Philosophy.htm Philosophy of Life] by Tan Malaka | # [[File:Natcom.png]] [https://www.marxists.org/archive/malaka/1948-Philosophy.htm Philosophy of Life] by Tan Malaka | ||
# [[File:Ormarxf.png]] [https://www.marxists.org/archive/marx/works/1848/communist-manifesto/index.htm Communist Manifesto] by Karl Marx | # [[File:Ormarxf.png]] '''[https://www.marxists.org/archive/marx/works/1848/communist-manifesto/index.htm Communist Manifesto] by Karl Marx''' | ||
# [[File:Ormarxf.png]] [https://www.marxists.org/archive/marx/works/1847/wage-labour/ Wage Labour and Capital] by Karl Marx | # [[File:Ormarxf.png]] '''[https://www.marxists.org/archive/marx/works/1847/wage-labour/ Wage Labour and Capital] by Karl Marx''' | ||
# [[File:Ormarxf.png]] '''[https://www.marxists.org/archive/marx/works/1844/manuscripts/labour.htm Estranged Labour] by Karl Marx''' | # [[File:Ormarxf.png]] '''[https://www.marxists.org/archive/marx/works/1844/manuscripts/labour.htm Estranged Labour] by Karl Marx''' | ||
# [[File:Councom.png]] [https://www.marxists.org/archive/pannekoe/1936/councils.htm Workers Councils] by Anton Pannekoek | # [[File:Councom.png]] [https://www.marxists.org/archive/pannekoe/1936/councils.htm Workers Councils] by Anton Pannekoek |
Revision as of 19:48, 30 June 2024
Self Insert "People can really believe anything these days!" - Ismism This page is meant to represent Nurisk5's political views. Please do not make any major edits without their permission. |
Work in Progress "I'll be done any day now!" - Still-Being-Drawnism This page is not done yet and may still contain inaccurate information or miss important details. |
“Bolshevisme Nasional adalah doktrin revolusioner terakhir dalam sejarah. Ia menyerap semua ideologi anti-sistem dan non-konformis sebelumnya, yang diselesaikan menjadi sintesis intelektual dan praktis secara umum. Konkritnya persyaratan ekonomi dan sosial mengalir tanpa kontradiksi ke tingkat tertinggi di bidang metafisika."
Halaman Neo-Nasakomism bahasa Indo.
Ringkasan
- Kita akan mendirikan negara Sosialis dengan prinsip Pancasila.
- Kami akan menghidupkan kembali Nasakom (Nasionalisme, Agamisme, Komunisme) untuk memberikan kepastian dalam makna Pancasila, mengakhiri perpecahan politik di Indonesia.
- Kami akan membubarkan semua badan pemerintah dan menggantinya dengan dewan pekerja terpilih dan dibagi secara proporsional sesuai populasi dan bertugas untuk memilih delegasi dari tingkat kabupaten hingga nasional dan hanya pekerja yang dapat berpartisipasi di dalamnya.
- Kami akan menasionalisasi dan mengkolektivisasi semua industri, pertanian, dan media dan menyerahkannya kepada koperasi dan dewan pekerja yang diserikatkan oleh perusahaan negara.
- Kami akan melakukan transisi Indonesia dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan dan kami ingin memperluas transportasi umum dan kereta api.
- Perbedaan Ras, Etnis, dan Budaya akan dihilangkan dan Negara akan memfokuskan spesialisasi keterampilan dan minat setiap individu yang unik untuk menafkahi bangsa.
- Perekonomian akan dipandu oleh komite perencanaan untuk mengawasi perekonomian Indonesia dan menetapkan tujuan untuk perusahaan negara dan koperasi.
- Kami akan membentuk Partai Penegak sebagai organ intelektual masyarakat Indonesia untuk menjamin kohesi sosial dan politik.
- Laki-laki, Perempuan, Homo, Hetero, Cis, Trans, Muda, dan Tua, semuanya memiliki kebebasan yang penuh dan total atas bagaimana mereka ingin hidup dengan hak dan kewajiban yang sama untuk mengabdi pada bangsa dengan cara apa pun yang bisa (kecuali jika mereka sangat lemah), siapapun yang menolak kewajiban dan cuma membonceng akan dikucilkan dari masyarakat.
- Seluruh masyarakat Indonesia dari seluruh pulau akan berpartisipasi dalam pembangunan pulau mereka sendiri dan menolak tribalisme dan primitivisme kecil-kecilan.
- Kami akan mengklaim seluruh wilayah di kepulauan Nusantara mulai dari semenanjung Melayu, hingga Timor Timur, hingga Kalimantan Utara, hingga Papua Timur.
- Siapa yang dianggap sebagai "orang Indonesia" tidak ditentukan oleh ras atau etnis tetapi oleh asosiasi dan komitmen terhadap pengembangan budaya dan industri Indonesia.
Keyakinan
Kelas yang Terabaikan
Kaum Proletariat dan Petani sering diabaikan oleh kaum Tradisionalis dan sebaliknya, mereka fokus pada aristokrasi. Fakta ini saja seharusnya membuat Anda marah terhadap mereka dan keangkuhan mereka. Sedangkan penguasa aristokrat mempertahankan posisinya karena mampu. Tapi tanpa kelas buruh, mereka tidak bisa memenangkan perang atau menjalani gaya hidup yang sembrono.
Kaum Proletariat dan Petani sangat ingin merebut kekuasaan politik, membalikkan perimbangan kekuasaan, dan menciptakan tatanan buruh. Banyak kaum Tradisionalis yang takut terhadap Demokrasi, sebuah cita-cita pencerahan karena mendorong kesetaraan di antara kelas-kelas, itulah sebabnya kami tidak mendukung Demokrasi Liberal.
Waktu bagi kaum Materialis sangatlah penting karena pemerintahan kita di dunia ini mempunyai batas waktu, terbatas, dan terbatas. Tidak ada Tuhan yang bisa menyelamatkan kita dari waktu yang terus berjalan. Entah kita bertindak sekarang atau mati nanti, jendela peluang semakin sempit sebelum perkembangan teknologi menyebabkan kepunahan umat manusia atau kemacetan kelas buruh terhenti tanpa jalan keluar.
Kaum borjuasi harus dihentikan secepat mungkin, kita harus melancarkan ujian besar secepat mungkin, pembersihan dunia dari progresivisme kulit putih. Kaum chauvinis Eropa dengan begitu cerobohnya menyatakan bahwa nilai-nilai merekalah yang paling unggul sehingga mereka memproklamirkan diri sebagai “progresif”. Ya, itu sebabnya kami tidak melakukannya.
Konservatisme kaum Borjuis dan Proletariat sangat berbeda karena kapital tidak bisa berbuat apa-apa kecuali melakukan deteritorialisasi terhadap batasan-batasan yang tercermin dalam apa yang didukungnya seperti familialisme, gagasan bahwa cita-cita manusia sehari-hari adalah bersikap pasif terhadap sistem, untuk terus menempelkan wajah mereka pada dunia komoditas namun hanya “dengan keluarga mereka” yang hanya ada untuk menghasilkan lebih banyak buruh dan konsumen. Nilai-nilai Konservatif Proletar didasarkan pada apa yang tidak dimiliki oleh proletariat: sebuah suku.
Geng, Nomad, Suku Tribal, dan Punk adalah ekspresi paling murni dari konservatisme revolusioner semacam ini, yang benar-benar revolusioner dan bukan pasif. Itu sebabnya saya mengagumi Gerakan Nasional Bolshevik Rusia. Apa yang perlu kita pahami adalah bahwa karakter bangsa tidak dapat dikomodifikasikan karena ia merupakan sesuatu yang sifatnya emerging dan bukan sesuatu yang dibuat-buat. Itu sebabnya kapitalisme sangat ingin menghancurkannya dan mengapa kita perlu menghilangkan khayalan bahwa nasionalisme pada dasarnya adalah kapitalis; ini bukan.
Proletariat sebagai kelas buruh upahan hanya ada karena kaum borjuis, mereka tidak mempunyai negara karena kaum borjuis telah merampasnya, kita tidak dapat mengambil dari mereka apa yang tidak mereka miliki dan kita tidak dapat memaksa mereka untuk bersekutu dengan orang-orang yang mereka miliki. tidak ingin bergaul dengan. Kapital pada dasarnya bersifat internasionalis, oleh karena itu mengapa buruh upahan harus anti-globalis (walaupun gerakannya masih bersifat internasional).
Keterasingan dan Postmodernitas Kapitalisme mengasingkan... dan kita baru saja memulainya. Kaum Buruh Upahan dan Kaum Tani diasingkan dari kendali atas kehidupan mereka sendiri karena mereka hidup di bawah pengawasan para Tuan Borjuis dan Tuan Tanah mereka.
Rakyat jelata belum pernah mempunyai kendali atas penghidupan mereka sendiri, namun “keberadaan” mereka tidak direnggut dari mereka. Kejahatan modal menghancurkan sosialitas dan mendukung alienasi, atomisasi, dan kategorisasi. Identitas telah menjelma dari sesuatu yang muncul dari gerombolan orang menjadi sesuatu yang bisa dibeli dan dipakai sebagai kostum. Seseorang tidak hanya menjadi tetapi sekarang menjadi .
Kedaulatan manusia adalah satu-satunya hal yang dapat kita klasifikasikan sebagai “kebaikan” secara ontologis bagi kaum sosialis, sementara jika dilempar ke mana-mana adalah “kejahatan” ontologis bagi kaum sosialis. Modal dapat direpresentasikan dengan mitos Lucifer sebagai dewi Romawi "Venus" yang melambangkan kesuburan dan dapat dikaitkan dengan kesuburan (kapitalis) produksi. Jatuhnya Lucifer adalah jatuhnya dewi ini dan dengan demikian juga jatuhnya modal karena lepas dari cengkeraman manusia dan menyusulnya, mengguncang kerajaan dan bangsa manusia.
Penyelamatan Bintang Kejora adalah revolusi sosialis yang mana produksi telah disosialisasikan dan kembali berada di bawah kendali manusia. Keterasingan manusia dari produksi terjadi ketika raja-raja Babilonia (kelas penindas) keluar dari kepemilikan bersama, menggulingkan kepemilikan bersama demi mendukung kepemilikan pribadi sebagai model produksi. Munculnya kaum ningrat merupakan tragedi terbesar bagi manusia karena ia kini hidup di bawah tirani. Kapital telah menjadikan Tuhan sendiri sebagai komoditas.
Kebangkitan kaum borjuasi juga tidak lebih baik, kaum tani telah digantikan oleh kaum proletar. Dari membayar sewa hingga menjual tenaga kerja, kita saat ini berada di Kali Yuga; Kaum Materialis Sejarah menyebut periode ini sebagai “periode kapitalisme”.
Selama periode ini; pekerja diasingkan dari alat produksinya, dari kerjanya sendiri, dari rakyatnya, dan dari kedaulatannya sendiri. Kapitalisme telah menghancurkan dunia melalui perang, imperialisme, dan eksploitasi. Bukan suatu kebetulan bahwa kebangkitan kapitalisme terjadi bersamaan dengan kebangkitan liberalisme, kebangkitan modernitas, dan postmodernitas. Semangat Modernitas didefinisikan oleh konflik mengenai siapa yang paling kejam, Semangat Postmodernitas didefinisikan oleh dekonstruksi dan negasi terhadap apa yang kita anggap benar.
Tentu saja modernitas mengarah pada postmodernitas, dari saling mencabik-cabik hingga mencabik-cabik diri sendiri. Liberalisme saat ini sedang memakan dirinya hidup-hidup, ia mencabik-cabik dirinya sendiri karena tidak ada lagi yang bisa dicabik-cabik. Liberalisme telah mengalahkan Fasisme dan Komunisme. Tatanan dunia saat ini adalah Nihilisme: alienasi, atomisasi, deteritorialisasi, disintegrasi.
Progresivisme: Mesias yang Gagal
Progresivisme harus ditolak oleh gerakan komunis karena gagal. Bagaimana? Mengapa?
Progresivisme gagal karena mengikuti arus Kapital. Alih-alih menolak degenerasi, mereka malah menegaskannya.
Saat saya mengatakan “degenerasi”, yang saya maksud adalah deteritorialisasi identitas sosial, hal-hal yang membentuk kita . Banyak orang komunis berbicara panjang lebar tentang bagaimana komunisme mengafirmasi individu; Saya bukannya tidak setuju, tapi masalahnya adalah apa yang kita gunakan jika kita tidak punya apa-apa? Sekali lagi, kita tidak bisa mengambil dari proletariat apa yang tidak mereka miliki. Identitas yang ada saat ini ditentukan oleh hubungan pembelian, bukan hubungan yang muncul. Misalnya; "Jepang" bukan lagi milik "Jepang". Jepang, sebagaimana adanya, adalah negara yang bermodal besar, budayanya sedang dipelintir dan dibengkokkan oleh nafsu kapital dan fetisisme komoditas. Rakyat Jepang bukan lagi yang menciptakan Jepang, yang menciptakan Jepang adalah modal. Identitas Jepang telah dilucuti dan yang tersisa hanyalah sebuah boneka yang dimainkan oleh para ahli bicara perut borjuis yang baru saja diterima oleh masyarakat Jepang.
Kaum Progresif berpikir bahwa kita bisa membajak proses tersebut dari modal (kita tidak bisa). Progresivisme bukanlah gerakan radikal seperti yang kita bayangkan, ia telah dilemahkan oleh modal menjadi status quo dan norma. Tidak ada “progresivisme radikal”, tidak ada gerakan queer yang “anti-korporasi”, semua ada di dalam korporasi, tidak ada yang di luar korporasi, tidak ada yang menentang korporasi. Bukankah kita sudah belajar bahwa kita tidak bisa melawan hegemoni dengan mengikuti hegemoni budaya tersebut? Satu-satunya hal yang radikal adalah konservatisme radikal, konservatisme revolusioner, dan tradisionalisme; sekarang itulah radikalisme yang sesungguhnya .
Banyak yang ingin berteriak: "Reaksioner!", "Fasis!" dan kata-kata kunci lainnya, dilontarkan secara sembarangan. Pertama-tama: "Reaksioner" berarti Anda menentang perubahan radikal yang akan menjadi status quo (yaitu progresivisme), kedua: Kaum fasis adalah kaum progresif, mereka adalah satu-satunya sisa dari progresivisme revolusioner lama, yaitu perang yang harus didominasi oleh hegemoni suatu negara. , kaum fasis hanyalah kaum progresif yang kalah dalam pertarungan hegemoni.
Jika kita melihat pada progresivisme, nampaknya ia bersifat eurosentris , ia muncul dari Eropa dan dengan demikian mewujudkan nilai-nilai Eropa namun tetap mengatakan bahwa ia mengajarkan anti-rasisme. Bagaimana? Bagaimana Anda bisa menyatakan diri anti-rasis jika Anda memaksakan nilai-nilai Eropa untuk menilai siapa yang “lebih baik” dan “lebih buruk”? Hal ini pada dasarnya bersifat Eurosentris, dan terlebih lagi merupakan jenis hegemoni yang diikuti oleh modal.
Tapi, ya, setidaknya mau kita berkulit hitam atau putih, gay atau heteroseksual, kita semua sama-sama budak .
Catatan tambahan: “konservatisme” gaya Barat tidak akan menyelamatkan kita, ia pada dasarnya juga bersifat borjuis.
Gerakan Paling Radikal dalam Sejarah
Fasisme gagal, Konservatisme Revolusioner gagal, Komunisme Soviet gagal, May 68ers gagal, benteng terakhir Revolusi adalah Bolshevisme Nasional.
Bolshevisme Nasional, sebuah sintesis dari semua tesis revolusioner dari Radikal Kiri dan Radikal Kanan adalah apa yang harus kita tegaskan, pandangan Ekonomi dari Kiri dan Pandangan Budaya dari Kanan.
Banyak orang yang menyebut kami reaksioner, tapi itu tidak benar. Reaksi adalah penolakan terhadap perubahan, kaum reaksioner yang 'sebenarnya' adalah kaum liberal dan nihilis yang menegaskan status quo. Revolusi tidak bisa bersifat nihilistik, revolusi tidak boleh melawan apa pun. Gerakan Nasional Bolshevik di Rusia dengan bangga menyatakan: "Rusia adalah segalanya, sisanya bukanlah apa-apa!". Benar sekali, yang bukan bagian dari suku itu adalah yang buruk, "semuanya dalam negara, tidak ada yang di luar negara, tidak ada yang melawan negara." kata Mussolini.
Jika kita memikirkan apa yang dikatakan kaum Bolshevik Nasional dan Fasis, perjuangan bangsa bukanlah melawan apa pun. Bukan berarti tidak ada apa-apa di sana, tapi melawan Nihil sebagai sebuah entitas. Nihil adalah malaikat maut, lagipula, kaum Bolshevik Nasional sedang berjuang keras melawan kematian.
Lautan nafsu berantakan dan semrawut, tidak ada wujud nyata, yang ada hanyalah gelombang yang tidak kekal. Laut inilah tempat percikan kehidupan pertama kali muncul, di dasar laut terdapat ventilasi hidrotermal yang akhirnya membentuk mesin biologis pertama. Makhluk kecil ini segera berubah menjadi seekor ikan, lalu tumbuh berkaki, dan menjadi seperti sekarang ini: Manusia. Nasib dan evolusi manusia yang banyak orang ingin katakan ada “di tangannya sendiri”, tidak lagi terikat oleh hukum alam yang membuatnya menumbuhkan sayap di tubuhnya atau menumbuhkan tanduk di kepalanya, namun ia malah memproduksi pesawat pengebom siluman dan menempa pedang.
Keinginan Maskulin untuk mendominasi mendominasi semangat modernitas, namun pelepasan energi yang kacau balau saat kita melemparkan peluru, pisau, dan bom pada akhirnya akan muncul dengan munculnya pemenang yang jelas: Liberalisme. Liberalisme menang dan binatang buas ini beristirahat karena energinya telah habis, ia kini menjadi pasif dan bukannya sadis. Peperangan yang dilakukan saat ini hanyalah membersihkan sisa-sisa yang mengganggu tidurnya. Bersamanya, ia membusuk kembali ke bumi, kembali ke dalam kekacauan, inilah era postmodernitas, kematian akibat panas.
Kebebasan politik yang diberikan oleh liberalisme pada dasarnya kacau, namun tetap merupakan anarkisme politik yang tidak berdaya. Sementara itu, Anarkisme Ideologis sangat kuat dan mampu mengerahkan kehendaknya sendiri terhadap suatu objek melalui dominasi, penghancuran, dan penciptaan kekacauan untuk menciptakan tatanan sosial baru. Bagi mereka, kaum anarkis klasik adalah satu-satunya yang memegang kekuasaan ini sebagaimana yang mereka yakini sebagai tatanan tanpa hierarki; masyarakat tanpa atasan menghancurkan pelanggar dan dengan demikian, tertib.
Perhatikan bahwa kita telah membahas keberadaan dua jenis kekacauan dan keteraturan: maskulin dan feminin; maskulin didefinisikan oleh dominasi sedangkan feminin didefinisikan oleh ketundukan. Ketertiban dan Kekacauan Maskulin adalah berdaulat; yang pertama bersifat privat dalam hukumnya sedangkan yang kedua bersifat entropis dan transgresif, memaksa semua orang untuk tunduk pada kehendaknya. Ketertiban dan Kekacauan Feminin adalah kebalikannya karena tatanan feminin bersifat sosial dalam hukumnya dan kekacauan feminin bersifat negentropik dan mengatomisasi.
Liberalisme bersifat maskulin dalam tatanannya dan feminin dalam kekacauannya, Bolshevisme Nasional bersifat feminin dalam tatanannya namun maskulin dalam kekacauannya; keduanya sangat bertolak belakang, Liberalisme adalah laki-laki yang banci, sedangkan Bolshevisme Nasional adalah perempuan yang dikebiri. Bolshevik Nasional adalah pejuang yang nomaden dalam semangatnya, mereka menganut produksi sosial/komunal kaum kiri sebagai bentuk mereka dan sifat transgresif dari kaum kanan sebagai ekspresi mereka, sementara itu, kaum Liberal termasuk kaum banci karena mereka mengadvokasi produksi pribadi dan ekspresi yang terkotak-kotak.
Alasan mengapa gerakan progresif gagal adalah karena mereka tidak berdaya, mereka tidak punya apa-apa, gerakan mereka lemah, mereka cenderung melakukan sentralisasi atau partisanisme. Kaum anarkis postmodern kontemporer menekankan gagasan bahwa mereka tidak memerlukan partai atau garis partai dan itulah sebabnya mereka gagal, namun Lenin telah membahas hal ini lebih dari seratus tahun yang lalu dalam Apa yang Harus Dilakukan? di mana ia menyangkal spontanitas dan menekankan pentingnya partai pelopor dan sentralisme demokrasi. Agar revolusi berhasil, kita memerlukan sebuah partai yang bersatu untuk memusatkan kekuatan kita; kita perlu memahami bahwa karena deteritorialisasi berpihak pada kapital dan hegemoni sosio-politik yang ada, maka revolusi kita harus bersifat reteritorialisasi.
Kita tidak bisa sampai kehabisan tenaga kalau bisa tersedot begitu saja dengan struktur sosial yang ada dan diasimilasikan, harus benar-benar radikal. Gerakan Nasional Bolshevik adalah gerakan paling radikal karena menunjukkan kedaulatan individu atas sistem, perebutan kembali hasrat oleh individu (inilah sebabnya NBP Anti-Paternalis). Kami dapat membentuk federasi komune yang terfederasi di bawah partai untuk mengefektifkan strategi kami.
Jika Komunisme adalah tujuan kita sebagai Materialis Sejarah dan masyarakat manusia dimulai pada fase komunisme primitif, maka wajar jika dikatakan bahwa gerakan kita harus kembali ke masa lalu, yaitu kuno .
Impotensi Pancasila
Pancasila yang ada saat ini tidak berdaya, tidak mempunyai jiwa, tidak mempunyai arah, tidak mempunyai pikiran. Pancasila yang ada saat ini hanya karena ia hanyalah alat dajjal (modal) untuk memecah belah rakyat Indonesia, untuk menghambat aksi nyata, untuk menghambat kebangkitan mereka menuju kekuasaan. Baru pada masa Soeharto Pancasila mendapat pengarahan yang dipimpin oleh Golkar. Kini dengan adanya reformasi, tidak ada arah lagi yang ada hanya kebingungan.
Borjuasi Indonesia kini tidak lagi membutuhkan otoritarianisme karena modal akan mengambil alih modal untuk membangun masyarakat kita sesuai dengan citranya, sementara kita masih terpecah belah oleh partai-partai politik seperti pada masa demokrasi liberal (1945-1959). Pancasila adalah alat, bukan cita-cita, bukan prinsip. Pancasila, untuk menumbuhkan otak dan mempertajam paruh dan cakarnya harus dimaknai melalui kacamata Nasakom: sebuah seni yang hilang.
Nasakom adalah satu-satunya yang bisa menyelamatkan kita, padahal aliansi politik yang awalnya longgar antara kaum nasionalis dan militer, komunis dan buruh, serta ulama harus dihidupkan kembali. Perhatikan bagaimana saya tidak menyebut kaum borjuis Indonesia? Tepatnya, kaum borjuis Indonesia adalah pengkhianat bangsa dan telah mempermainkan kita sebagai orang yang sangat bodoh, mereka adalah bagian dari komplotan rahasia kapital internasional. Tidak akan ada yang namanya “Borjuasi Nasional”, atau “Proletariat Nasional”. Kami mengadopsi Nasakom untuk meninggalkan identitas Kelas kami demi identitas Nasional.
Pancasila yang ada sekarang tidak ada yang tahu apa itu, asas-asasnya dibuat kabur agar semua orang bisa menyetujuinya. Hal ini bagus jika Anda menyatukan faksi-faksi, namun Indonesia tidak hanya memiliki faksi-faksi, namun juga partai-partai politik yang berbeda dengan visi yang berbeda mengenai bagaimana Indonesia seharusnya. Sudah ada trauma untuk percaya bahwa komunisme adalah kejahatan besar, tapi ini bohong. Gerakan 30 September akan memberikan Pancasila arah yang nyata, gambaran tentang apa yang akan terjadi, ke mana tujuannya, untuk membubarkan faksi-faksi di Indonesia dan meresmikan Ideologi Nasional Indonesia.
Namun sayang sekali, para pembohong telah menang, para penipu, antikristus, mereka telah menipu massa Indonesia dan telah membunuh kaum revolusioner yang akan memberikan izin. Jendral Soeharto, walaupun ia seorang yang anti-komunis, ia bukanlah seorang tokoh yang buruk, setidaknya ia memberikan arahan bagi Pancasila, namun entah ia menyadarinya atau tidak, ia hanyalah seorang idiot yang berguna bagi kekuatan modal internasional. Sebelum dia menyadarinya, dia akan digulingkan tetapi Oligarki Indonesia akan tetap ada. Para pengunjuk rasa pada tahun 1998 terlalu lemah untuk menginginkan sesuatu yang lebih radikal: Sosialisme; dan sekarang setelah gelombang revolusi berakhir, kita hanya bisa berharap bahwa jendela peluang akan segera terbuka untuk revolusi lainnya.
Kerajaan Sosialis Indonesia
Indonesia adalah Tellurokrasi. Ini mencakup ribuan etnis, budaya, agama, dan sebagainya yang telah berjanji setia pada cita-cita dan keluarga yang sama. Bangsa Indonesia (dan selanjutnya, dunia) mencakup seluruh nusantara dari Sabang sampai Merauke (walaupun menurut saya kita harus memasukkan Papua Timur) termasuk Kalimantan Utara (Brunei, Sarawak, Sabah), Malaya (termasuk Singapura), dan Timor Timur. Ini adalah wilayah kita, batasan geografis dan etno-rasial kita.
Sekarang, apakah “Kekaisaran” ini mempunyai kemiripan dengan imperialisme kapitalis? Tentu saja tidak; Kerajaan kita bersifat Tellurokratik (Pemerintahan Daratan) dibandingkan Thalassokratis (Pemerintahan Laut).
Tapi bagaimana caranya? Sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan yang bersifat tellurokrasi? Mustahil!
Ya, itu hanya terjadi jika kita memahami kata-katanya secara harfiah. Anda tahu, tellurokrasi dan thalassocracy berbeda dalam hal cara pengelolaan wilayah dan cara masing-masing pemerintahan dalam kekaisaran berinteraksi satu sama lain. Dalam Tellurokrasi, meskipun terdapat "pusat" kekaisaran, wilayah-wilayah kekaisaran diperlakukan tidak kalah "inferior" dibandingkan wilayah-wilayah lain (misalnya Roma, Amerika, Uni Soviet, Tiongkok, dan sebagainya). Dalam negara thalassocracy, inferioritas adalah sebuah norma karena kekuatan kekaisaran mengeksploitasi wilayah di luarnya. Hal ini pada dasarnya tidak setara karena negara inti mengeksploitasi batas luar untuk mendapatkan sumber daya guna mengumpulkan kekayaannya.
Hal ini juga tercermin dalam cara kita membicarakannya; ketika kita berbicara tentang "Kekaisaran Romawi" kita berbicara tentang wilayah secara keseluruhan, "Roma" dan "Kekaisaran Romawi" dalam hal ini adalah sinonim, sedangkan dalam konteks "Kekaisaran Inggris", "Inggris" tidak sama artinya dengan "Kekaisaran Romawi". kerajaan, koloni-koloninya benar-benar terpisah dari inti. Nama "Indonesia" sendiri sangat jelas karena tidak ada wilayah di "Indonesia" yang "adalah" "Indonesia" seperti Roma dan Kota Roma atau Kerajaan Inggris dan pulau Britania Raya. Ada Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Papua, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Kepulauan Nusa Tenggara (dan Malaya), tidak ada “Indonesia” yang tidak menggambarkan keseluruhannya, dan tidak ada “titik asal” Indonesia. , Indonesia muncul dari seluruh nusantara bersumpah untuk bersatu di bawah satu panji.
Sekarang, tentu saja ada daerah-daerah di dalam Kerajaan ini yang mempunyai kesenjangan yang parah (khususnya di luar Jawa) dan kita harus mengatasinya, tapi saya ingin memperjelas bahwa kita tidak mempunyai niat untuk membubarkan Indonesia, melainkan kita harus memulai sebuah upaya untuk membubarkan Indonesia. Revolusi, yang memiliki karakter dan semangat serupa di Rusia tetapi tanpa Atheisme.
Revolusi Radikal akan menghasilkan terciptanya tatanan sosial baru berdasarkan Federasi Komune. Kita akan membentuk 8 Republik yang sesuai dengan 8 klaster: Jawa, Sumatera, Kalimantan, Papua, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Malaya. Selanjutnya kita bagi menjadi provinsi-provinsi berdasarkan wilayah-wilayah dalam republik tersebut, kemudian kita bagi lagi menjadi komune/kota, dan kemudian kita bagi lagi berdasarkan distrik-distrik. Subdivisi ini akan dikelola oleh Dewan Pekerja yang dipilih berdasarkan profesi dan distrik yang kemudian memilih di tingkat komunal, provinsi, republik, dan akhirnya nasional. Perekonomian akan dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dimana dewan-dewan tersebut akan menjadi federasi.
Laki-laki dan perempuan akan diberi kebebasan total dalam kehidupan pribadinya karena mereka akan menjalankan fungsi publik yang sama di mata negara. Anak-anak akan diasuh oleh masyarakat dan dipersiapkan secara fisik untuk hidup karena negara akan memprioritaskan apa yang dapat ditawarkan oleh individu dibandingkan dengan pemerataan radikal terhadap seluruh warga negaranya, negara akan mendorong pengembangan karakter daripada pengembangan total dan setara. kesempurnaan.
Kami akan merombak total kota dan pedesaan. Industrialisasi akan dimulai di pedesaan, namun mereka yang berada di sana tidak diharapkan untuk pergi ke kota, melainkan mengembangkan pedesaan menjadi kota-kota baru. Perbedaan antara kota dan desa akan dihilangkan dengan menjadikan semua tanah dimiliki oleh negara dan dikelola oleh dewan komunal. Rel kereta api dan jalan raya akan dibangun dan interkonektivitas di seluruh pulau merupakan prioritas untuk alokasi sumber daya yang efisien.
Rekomendasi Pembacaan (perlu terjemahan)
Text yang tebal paling penting.
- Fourth Political Theory by Alexander Dugin
- Templars of the Proletariat by Alexander Dugin
- The Guattari Reader by Gary Genosko
- State and Revolution by Vladimir Lenin
- What is to be Done? by Vladimir Lenin
- Imperialism: the Highest Stage of Capitalism by Vladimir Lenin
- Islamism and Communism by Haji Misbach
- Philosophy of Life by Tan Malaka
- Communist Manifesto by Karl Marx
- Wage Labour and Capital by Karl Marx
- Estranged Labour by Karl Marx
- Workers Councils by Anton Pannekoek
- Foundations of Leninism by Joseph Stalin
- The Other Russia by Eduard Limonov
Cara Menggambar
- Gambarlah garis luar bola dengan warna hitam
- Buat dua lingkaran hitam kecil dengan warna hitam sebagai matanya
- Warnai matanya dengan putih
- Isi setengah bagian atasnya dengan warna merah
- Isi bagian bawahnya dengan warna putih
- Buatlah segi empat miring putih dengan garis merah di tengahnya
- Gambarlah Simbol Kekacauan di dalamnya dengan warna hitam
- Kamu sudah selesai!
Color Name | HEX | RGB | |
---|---|---|---|
Merah | #cd1127 | 205, 17, 39 | |
Putih | #ffffff | 255, 255, 255 | |
Hitam | #000000 | 0, 0, 0 |
Self Insert Relations
Lihat: Nuriskianism